Welcome To My Blog

*** Raihlah Cita-citamu Setinggi Bintang Di Langit ***

Senin, 23 November 2009

Action - Network Theory

CONTENT
1. Pendahuluan
2. Permasalahan
3. Pembahasan
4. Pemodelan
5. PEMAKAIAN TEORI JARINGAN PETRI
6. TEORI JARINGAN PETRI MURNI DAN TERPAKAI
7. Kesimpulan

1. Pendahuluan
Jaringan petri merupakan suatu alat bantu untuk mempelajari sistem. Dengan menggunakan teori Jaringan Petri maka suatu sistem dapat dimodelkan menjadi suatu model Jaringan Petri, yang berupa representasi matematis dari sistem tersebut. Dengan melakukan analisa dari Jaringan Petri tersebut diharapkan dapat diperoleh informasi penting tentang struktur dan prilaku yang dinarnis dari sistem yang dimodelkan tersebut. Informasi ini kemudian dapat dipergunakan untuk mengevaluasi sistem yang dimodelkan dan mengusulkan peningkatan-peningkatan serta perubah -
perubahan yang diperlukan. Jadi, perkembangan dari teori Jaringan Petri didasarkan pada pemakaian Jaringan Petri dalam memodelkan dan merancang sistem.

2. Permasalahan
Dalam membangun relasi merupakan sebuah pekerjaan yang sangat berat, karena ketika membangun sebuah relasi terdapat perbedaan kepentingan antara 2 (dua) pihak atau lebih. Selain itu juga terdapat pertentangan antara keuntungan bersama dan keuntungan pribadi, hal ini disebabkan karena setiap orang akan selalu cenderung mencari benefit untuk dirinya sendiri. Dengan demikian problem yang akan ditemui ketika aktor-aktor tersebut membangun relasi karena masing-masing orang akan membawa aturan main masing-masing, orang memahami satu sama lain dari simbolisasi yang di bawa masing-masing orang, dan karakter masalah yang ada.

3. Pembahasan
- Mengapa aktor?
Hal ini disebabkan karena walaupun terjadi upaya relasi antar organisasi, namun yang sebenarnya terjadi dalam relasi tersebut adalah interaksi dari berbagai aktor yang ada. Dimana aktor-aktor yang ada di dalam relasi tersebutlah yang menentukan keberhasilan upaya relasi tersebut. Dalam analisis pengembangan institusional ada tiga hal yang mempengaruhi pola interaksi, yakni karakter isu yang ada, atribut aktor, dan rule in use dari masing-masing aktor. Ketiga hal tersebutlah yang mempengaruhi arena aksi (situasi aksi dan Aktor) sebagai penentu berhasil atau tidaknya jejaring yang akan di bangun. Adapun akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Rule in use merupakan kebiasaan para pelaku yang dijadikan fondasi untuk melihat
pelaku yang lain, maupun untuk memposisikan dirinya terhadap pelaku lain. Rule
in use juga mengubah dan menentukan pola interaksi dalam setting arena aksi
(struktur jaringan.
Tantangan dalam rule in use yang digunakan ketika berjejaring adalah sebagai berikut :
a. Position rule : dimana seseorang akan memiliki standing points tersendiri
terhadap sebuah masalah. Hal ini disebabkan karena masing-masing orang memiliki
latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman yang berbeda-beda
b. Boundary use : merupakan aturan inklusi dan eksklusi yang diterapkan dalam
relasi tersebut. Mengatur bagaimana partisipan boleh masuk dan atau mesti keluar
dari arena aksi
c. Authority rule : dengan memiliki masing-masing standing points terhadap masalah,
maka akan sangat menentukan serangkaian aksi/keputusan tindakan yang akan diatur.
d. Agregation rule : bagaimana mengatur tansformasi janji dalam kesepakatan yang
kemudian digunakan dalam suatu arena aksi.
e. Skope rule : mengatur serangkaian capaian yang dihasilkan, termasuk apakah
capaian itu bersifat formal dan atau sementara
f. Information rule : mengatur bagaimana serangkaian ketersediaan informasi untuk
masing-masing posisi aktor.
g. Pay off rule : mengatur bagaimana keuntungan dan kerugian yang didapat oleh para
aktor dan sebatas apa.
2. Atribut aktor; setiap orang akan selalu berusaha mempertegas posisinya dengan
atribut, seperti yang terjadi saat ini simbolisasi terhadap organisasi melalui
bendera topi, dan ciri khas tertentu.
3. Karakter Isu merupakan sejaumana isu tersebut dimaknai sebagai sebuah sumber
daya yang potensia. Semakin dinilai dan berkarakter zero sum maka akan sangat
sulit untuk melakukan jejaring. Selain itu semakin dikonseptualisasikan sebagai
sesuatu hal yang existensial maka juga akan semakin sulit berjejaring.

4. Pemodelan
Aplikasi dari Jaringan Petri adalah melalui pemodelan. Pada beberapa bidang study, suatu fenomena tidak dapat dipelajari secara langsung melainkan dapat dipelajari secara tidak langsung melalui suatu model dari fenomena tersebut.
Model merupakan representasi, sering dalam bentuk matematik, dari
hal-hal yang dianggap penting yang terdapat pada obyek atau sistem yang
sedang dipelajari. Dengan memanipulasi representasi tersebut maka diharapkan pengetahuan yang barn tentang fenomena yang dimodelkan
tersebut dapat diperoleh tanpa menimbulkanresiko-resiko, seperti : bahaya,
biaya dll.
Contoh-contoh penggunaan dari pemodelan mencakup bidang-bidang
pengetahmm :
a. Astronomi
b. Fisika Nuklir
c. Sosiologi
d. Biologi
e. dll.
Banyak sekali pemodelan menggunakan matematika. Keistimewaan
yang penting dari banyak fenomena fisik dapat dijelaskan secara numerik
dan relasi antar keistimewaan-keistimewaan ini dijelaskan dengan
persamaan-persamaan atau ketidaksamaan-ketidaksamaan. Agar dapat
memanfaatkan pendekatan pemodelan dengan sukses maka dibutuhkan
pengetahuan tentang fenomena yang dimodelkan serta sifat-sifat dari teknik
pemodelan.

5. PEMAKAIAN TEORI JARINGAN PETRI
Aplikasi praktis dari Jaringan Petri untuk merancang dan menganalisa
sistem dapat diterangkandalam berbagai cara yaitu :
-Pendekatanyang memandang Jaringan Petri sebagai alat bantu untuk menganalisa.
Pada pendekatan i!li, teknik-teknik perancangan konvensional digunakan untuk mendetinisikan suatu sistem. Sistem ini kemudian dimodelkan sebagai suatu JaringanPetri yang kemudian Jaringan Petri ini dianalisa. Masalah-masalah yang ditemukan pada pendekatan ini adalah pada tahap perancangan. Rancangan hams di moditikasi untuk mengkoreksi kekurangan-kekurangan yang ada. Rancangan yang telah dimoditikasi ini kemudian dapat dimodelkan dan dianalisa kembali. Dam ini diulang hingga analisa tidak menampakan masalah-masalah yang tidak dapat diterima. Diagram dari pendekatan ini dapat ditunjukkan pada gambar 1-1. Pendekatan diatas yaitu menggunakan Jaringan Petri dalam merancang suatu sistem membutuhkan konversi yang tetap antara sistem yang dirancang dan model Jaringan Petri.

- Pendekatan dimana perancangan dan proses spesifikasi sekaligus di selesaikan
berdasarkan Jaringan Petri. Pada pendekatan ini, teknik-teknik analisa hanya dipergunakan seperlunya untuk membuat suatu rancangan Jaringan Petri yang bebas kesalahan. Kemudian masalah yang timbul adalah mentransformasikanrepresentasi Jaringan Petri kedalam suatu sistem yang sebenamya. Kedua pendekatan yang menggunakan Jaringan Petri dalam proses perancangan menimbulkan jenis masalah yang berbeda. Pada pendekatan pertama, teknik-teknik pemodelan harus dikembangkan untuk
mentransformasi sistem dalam suatu representasi Jaringan Petri. Pada pendekatan kedua, teknik implemetasi harus dilakukan untuk mentransformasikan representasi Jaringan Petri kedalam sistem kerja. Pada kedua pendekatan tersebut, kita membutuhkan teknik-teknik analisa untuk menentukan sifat-sifat dari model Jaringan Petri kita. Jadi, perhatian utama kita dalam mengembangkan Jaringan Petri adalah
mempelajari sifat-sifat dari model Jaringan Petri kita. Jadi, perhatian utama.
kita dalam mengembangkan Jaringan.Petri adalah mempelajari sifat-sifat dari Jaringan Petri itu sendiri.

6. TEORI JARINGAN PETRI MURNI DAN TERPAKAI
Study terhadap Jaringan Petri dikembangkan dalam 2 arah :
. Teori Jaringan Petri terpakai, terfokus pada aplikasi dari Jaringan
Petri untuk memodelkan sistem, menganalisa sistem-sistem ini menghasilkan wawasan-wawasan dalam sistem yang dimodelkan.Untuk meraih sukses dalam bidang ini membutuhkan pengetahuan yang baik dalam bidang aplikasi dan teknik-teknik Jaringan Petri.
. Teori Jaringan Petri murni, mempelajari Jaringan Petri untuk
mengembangkansoal-soaldasar, teknik-teknik dan konsep-konsep yang dibutuhkan untuk aplikasi dari Jaringan Petri.

7. Kesimpulan
1. Dalam analisis pengembangan institusional ada tiga hal yang mempengaruhi pola
interaksi, yakni karakter isu yang ada, atribut aktor, dan rule in use dari
masing-masing aktor. Ketiga hal tersebutlah yang mempengaruhi arena aksi
(situasi aksi dan Aktor) sebagai penentu berhasil atau tidaknya jejaring yang
akan di bangun.
2. Model merupakan representasi, sering dalam bentuk matematik, dari hal-hal yang
dianggap penting yang terdapat pada obyek atau sistem yang sedang dipelajari.
3. Aplikasi praktis dari Jaringan Petri untuk merancang dan menganalisa sistem
dapat diterangkandalam berbagai cara yaitu :
- Pendekatanyang memandang Jaringan Petri sebagai alat bantu untuk menganalisa.
- Pendekatan dimana perancangan dan proses spesifikasi sekaligus di selesaikan
berdasarkan Jaringan Petri.

Thory Of Ethics

Theory Of Ethics

CONTENT
1 .Pengertian Etika
2. FUNGSI ETIKA
3. Etika dan Etiket
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
5. Sanksi Pelanggaran Etika
6. Jenis-jenis Etika
7. Theory of Ethics

1 . Pengertian Etika
-Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat, Etika adalah Ilmu tentang apa
yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
-Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
profesi”.

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik Perkembangan etika yaitu Studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma agama, norma moral dan norma sopan santun.

2. FUNGSI ETIKA
beberapa fungsi etika terdiri sebagai berikut :
a. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas
yang membingungkan.
b. Etika ingin menampilkanketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis.
c. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana
pluralisme

3. Etika dan Etiket
Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggeris dikenal sebagai ethics dan etiquette. Antara etika dengan etiket terdapat persamaan yaitu Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket, Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
1. Kebutuhan Individu.
2. Tidak Ada Pedoman.
3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi.
4. Lingkungan Yang Tidak Etis.
5. Perilaku Dari Komunitas.

5. Sanksi Pelanggaran Etika
1. Sanksi Sosial
Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat ‘dimaafkan’.
2. Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain.

6. Jenis-jenis Etika
1. Etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar
2. Etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus.
Etika khusus ini masih dibagi lagi menjadi etika
individual dan etika sosial.

7. Theory of Ethics

terdiri dari beberapa filsafat moral yaitu terdiri dari :
1. HEDONISME
2. EUDEMONISME
3. UTILITARISME

1. HEDONISME
Doktrin etika yang mengajarkan bahwa hal terbaik bagi manusia adalah mengusahakan “kesenangan” (Hedone)
a. Aristipos dri Kyrene (433 – 355s.M):
- Yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan.
- Kesenangan itu bersifat badani belaka, karena hakikatnya tidak lain dari pada gerak dalam badan. tiga kemungkinan gerak terdiri dari 3 gerak yaitu :
- Gerak yang kasar: Ketidaksenangan
- Gerak yang halus: Kesenangan
- Ketiadaan gerak: Netral
Hedonisme: Yang baik dalam arti yang sebenarnya adalah kenikmatan (gerak yang halus).

2. EUDEMONISME
a. Aristoteles (384 – 322):
Bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan akhir yang disebut kebahagiaan. Tetapi apa itu kebahagiaan? Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan secara baik kegiatan-kegiatan rasionalnya dengan disertai keutamaan.

3. UTILITARIANISME
UTILITARIANISME dapat didefinisikan dari beberapa piont-point sebagai berikut :
a. Anggapan bahwa klasifikasi kejahatan harus didasarkan atas kesusahan atau
penderitaan yang diakibatkannya terhadap terhadap para korban dan masyarakat.
b. Menurut kodratnya manusia menghindari ketidak senangan dan mencari kesenangan,
Kebahagiaan tercapai jika manusia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan.
c. Karena menurut kodratnya tingkah laku manusia terarah pada kebahagiaan, maka
suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk, sejauh dapat meningkatkan atau
mengurangi kebahagiaan semua orang.
d. Moralitas suatu tindakanharus ditentukan dengan menimbang kegunaannya untuk
mencapau kebahagiaan umat manusia. (The greatest happiness of the greatest
number)

Sumber :
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=2&ved=0CAoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbsanti.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F13137%2FTeori%2B%2Betika.ppt&rct=j&q=teori+etika&ei=SZgKS5qPJYHo7APl0MWIDw&usg=AFQjCNHgFP1mXW_DyQwAnppXgTKzKpgDnA

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=1&ved=0CAYQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjnursyamsi.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F10907%2F009%2BTeori-teori-etika.ppt&rct=j&q=teori+etika&ei=SZgKS5qPJYHo7APl0MWIDw&usg=AFQjCNGPLjbrZ1Imzd6SU9K-7BjqwbXPyg